close to you

Rabu, 25 Juli 2012

♥¨¯` ♥¨¯` MENANGIS KARENA ALLAH ♥¨¯` ¯`¨♥

Assalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh

¨¯`---------♥ Bismillahirrahmanirrahim ♥----------¯`¨


{ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلاْذْقَانِ سُجَّدًا . وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبّنَا إِن كَانَ وَعْدُ رَبّنَا لَمَفْعُولاً . وَيَخِرُّونَ لِلاْذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا } [ الإسراء :107-109 .

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur wajah mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, Sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi." Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyu',” (QS Al-Israa': 107-109).

Ada banyak jenis tangis dalam kehidupan ini. Tapi tak ada tangis yang lebih baik dibanding menangis karena Allah yang Mahasuci.

Ada kisah menarik dari Abdullah ibnu Rawahah ra. ketika mendengar sebuah wahyu yang turun dan dibacakan oleh Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam.

"Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan."
(QS Maryam: 71)

Mendengar ayat ini turun, Abdullah ibnu Rawahah pulang dengan berlari sangat kencang. Ia menangis sepanjang jalan, bercucuran air matanya. Sesampainya di rumah, ia tambah menangis menggeru memahami makna wahyu.

Ketika istrinya juga sampai di rumah, dan mengetahui sang suami sedang menangis tersedu, ia pun turut menangis. Terguncang-guncang pundaknya menahan isak yang semakin mendesak dada. Begitu pula ketika pembantu mereka pulang ke rumah, ia turut menangis dengan hebatnya. Anggota keluarga yang lain, ketika menyaksikan Abdullah ibn Rawahah, istri dan pembantunya menangis, mereka jatuh menangis bersama.

Lalu, setelah tangisan itu reda, Abdullah ibn Rawahah mampu menarik nafas, ia bertanya pada keluarganya. "Wahai keluargaku, apa yang telah membuat kalian menangis?"

Lalu istri Abdullah ibn Rawahah angkat bicara. "Tidak tahu, apa yang membuat kami menangis. Tapi ketika melihatmu menangis, kami pun ikut menangis. Apa yang telah membuatmu menangis demikian rupa?"

"Telah turun satu ayat kepada Rasulullah, isinya Allah azza wa jalla memberitahu bahwa aku pasti akan mendatangi neraka. Tapi Dia tidak memberitahu aku, apakah aku akan keluar dari neraka. Itulah yang membuatku menangis," ujar Abdullah ibnu Rawahah menerangkan.

Sedemikian dahsyat pemaknaan sahabat atas wahyu yang diturunkan Allah. Satu ayat saja, mampu membuat mereka menangis menggeru. Merasa sepertinya Allah menurunkan teguran langsung untuk manusia. Lalu sahabat yang mendengar segera menyesali diri untuk lebih baik lagi.

Interaksi para sahabat Nabi dengan al-Qur'an sangatlah tinggi. Baik secara kuantitas, maupun kualitas. Mereka tak pernah mendengar al-Qur'an kecuali melakukan tiga hal; menghafalnya, memahaminyanya dan mengamalkannya. Tidak hanya satu atau dua orang sahabat yang berprilaku demikian, tapi nyaris seluruh generasi awal Islam memiliki akhlak yang mulia ketika berinteraksi dengan al-Qur'an.

Mereka menangis karena Allah. Mereka bergembira pun karena Allah. Ini bukan tentang menjadi cengeng atau sentimentil. Sama sekali bukan. Ketika hati dan akal lunak disapa firman-firman Allah. Air mata yang mudah menetes karena Allah akan menjadi pemandu bagi kita untuk mengetahui mana kebaikan dan mana keburukan. Ini bukan hanya masalah tentang air mata. Ini tentang kedekatan jarak kita dengan Allah subhanahu wata'ala.

Ketika jarak seorang makhluk demikian dekat dengan Khalik, maka tiangnya akan menjadi kuat, atapnya menjadi kukuh, jiwanya menjadi luas dan hatinya menjadi teguh. Kondisi psikologis seperti ini akan menyumbang bilangan sangat besar dalam proses pematangan kita sebagai seorang hamba, sekaligus sebagai seorang khalifah di muka dunia.

Allah subhanhu wata'ala berfirman;
"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (al-Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri)" 
(QS al-Maidah: 83)

Tapi, kita juga harus selalu menjaga agar tak terjebak rasa unjuk diri dengan air mata buaya. Sebab Rasulullah bersabda, "Sebagian besar orang-orang munafik dari ummatku adalah para pembaca al-Qur'an)." (Kitab Ash Shahihah Hadits No. 750)
(lihat risalah ana sebelum ini^^)

Kita harus selalu menjaga diri. Seperti yang dilakukan seorang alim ketika terpergok mengucurkan air mata saat membaca kalam Ilahi yang mulia. Dengan tergesa ia mengusap hidungnya yang memerah sambil berkata, "Berat benar flu yang aku derita."

Menangislah hanya di depan Allah. Karena hanya DIA yang mampu menilai, sebening apa air mata kita.... :'(

Wallahul musta'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar